Apa Yang Terjadi Pada Saat Kita Lapar?

SOCIALIZE IT ⇨
Lapar? Pertanyaan "mengapa kita merasa lapar?" tampaknya sangat mudah untuk dijawab. Ya  karena kita perlu untuk mendapatkan nutrisi untuk bertahan hidup. Kelaparan adalah motivasi bagi kita untuk dapat mengetahui bahwa kita perlu untuk mendapatkan nutrisi dalam tubuh kita. Tapi bagaimana kita benar-benar tahu bahwa kita lapar? Jawabannya dapat dianalisis oleh tiga komponen yang berbeda: biologi, belajar, dan kognitif.

Apa Yang Terjadi Pada Saat Kita Lapar?
Gb.healthywomen.org
Kelaparan dan Makan Berdasarkan Biologi

Banyak teori tentang kelaparan secara historis dibahas secara komponen biologis. Cannon dan Washburn (seperti dikutip dalam Coon, 1995) mengemukakan yang disebut dengan teori kontraksi perut yang menyatakan bahwa kita tahu kita lapar ketika kontrak perut kita. Dalam studi balon terkenal, Washburn melatih dirinya untuk menelan balon yang melekat pada tabung, maka balon itu meningkat dalam perutnya. Ketika balon itu meningkat, ia tidak merasa lapar. 

Kemudian teori ini ditentang oleh fakta bahwa orang-orang yang perutnya telah dihapus masih merasa lapar. Teori glukosa menyatakan, bahwa kita akan merasa lapar ketika kadar glukosa darah kita rendah. Bash (seperti dikutip dalam Franken, 1994) melakukan percobaan transfusi darah dari anjing kenyang kepada anjing yang kelaparan. Transfusi mengakibatkan penghentian kontraksi perut di anjing kelaparan, dan didukung teori glukosa. Tapi seperti LeMagnen (seperti dikutip dalam Kalat, 1995) menunjukkan bahwa kadar glukosa darah tidak banyak berubah dalam kondisi normal. Teori insulin menyatakan bahwa kita merasa lapar ketika kenaikan tingkat insulin kita tiba-tiba di dalam tubuh kita (Heller, & Heller, 1991). Namun, teori ini tampaknya menunjukkan bahwa kita harus makan untuk meningkatkan tingkat insulin kami untuk merasa lapar. 

Teori asam Lemak menyatakan bahwa tubuh kita memiliki reseptor yang mendeteksi peningkatan tingkat asam lemak. Aktivasi reseptor untuk asam lemak memicu rasa lapar (Dole, 1956, Klein et al., 1960 dikutip dalam Franken, 1994). Sedangkan Teori Produksi-Panas yang disarankan oleh Brobeck (seperti dikutip dalam Franken, 1994) menyatakan bahwa kita merasa lapar ketika suhu tubuh kita menurun, dan ketika naik, rasa lapar berkurang. Ini mungkin menjelaskan bahwa kita cenderung makan lebih banyak selama musim dingin.

Kelaparan dan Makan Berdasarkan Belajar

Kelaparan tidak benar-benar dapat dijelaskan hanya dengan komponen biologis. Sebagai manusia, kita tidak bisa mengabaikan bagian psikologis kita, komponen belajar dan kognitif kelaparan. Tidak seperti makhluk lain, kita manusia menggunakan clock eksternal dalam rutinitas sehari-hari, termasuk saat tidur dan kapan harus makan. Waktu eksternal ini memicu rasa lapar kami. Misalnya, ketika jam 12:00 mengatakan, waktu makan siang, banyak orang merasa lapar hanya karena waktu makan siang. Kelaparan ini dipicu oleh perilaku yang dipelajari. Selain itu, bau, rasa, atau tekstur makanan juga memicu rasa lapar. Misalnya, jika Anda suka kentang goreng, bau menggoreng kentang dapat memicu rasa lapar Anda. Namun, preferensi ini rasa, bau, atau tekstur adalah preferensi budaya belajar. Jika salah satu tidak suka sushi, bau sushi tidak memicu rasa lapar. Menariknya, orang juga merasa lapar untuk rasa tertentu, lebih khusus, empat rasa dasar: manis, asam, pahit, dan asin. Sebagai contoh, sebuah ekspresi yang sering terdengar adalah "Saya lapar untuk sesuatu yang manis." Orang-orang terus merasa lapar sampai empat selera puas.

Kelaparan dan Makan Berdasarkan Kognisi

Warna juga berkontribusi terhadap kelaparan. Melihat pisang kuning membuat orang ingin memakannya, tapi pisang merah tidak. Demikian pula, merah atau hijau dapat memicu rasa lapar untuk sebuah apel, tapi bukan biru. Sulit untuk menemukan makanan alami dengan warna biru, karena  alam tidak menghasilkan makanan biru. Biru dikatakan penekan nafsu makan. Warna sangat mempengaruhi rasa lapar kita. Banyak orang makan makanan basis pengetahuan mereka tentang makanan apa yang baik untuk mereka. Misalnya, rendah lemak, rendah gula, dan rendah natrium makanan dikatakan baik. Akhirnya orang belajar untuk mengubah preferensi mereka dan ingin makan "makanan yang baik" saja (Franken, 1994).


0 comments:

Post a Comment